Kamis, 25 Juni 2009

PKL Pengenalan Lingkungan Lahan Basah

LAHAN BASAH DAN BERBAGAI MACAM POTENSINYA


Lahan basah merupakan wilayah yang strategis bagi Indonesia. Lahan basah yang dimaksud di sini adalah ekosistem rawa, termasuk rawa bergambut yang dipengaruhi oleh air tawar maupun payau. Berbagai definisi yang dikemukakan itu mengacu pada berbagai bentuk lahan basah yang beraneka, seperti rawa (swamp), payau (marshes), daerah rawa pasang surut (tidal swamp area), rawa pesisir, rawa pedalaman, lebak (non-tidal swamp), muara/kuala (estuary), dataran banjir (flood plain), dan daerah aliran sungai (watersheed).
Saat ini peran dan fungsi lahan basah menjadi pertanyaan bagi para masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Kebanyakan para warga yang tinggal di daerah itu tidak mengetahui potensi apa yang ada di lingkungan disekitarnya. Sebenarnya banyak potensi alam yang dapat dimanfaatkan dari lahan basah, contohnya adalah tanaman obat yang berada di daerah tersebut. Hal ini yang menjadi alasan mengapa lahan basah perlu dipertahankan.
Kalimantan selatan merupakan daerah yang didominasi oleh lahan basah, contoh lahan basah yang terdapat di Kalimantan Selatan yaitu :

Lahan Rawa Gambut di Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar

Gambar 1 : Rawa gambut yang mengalami reklamasi

Hutan rawa gambut didefinisikan sebagai hutan rawa yang sumber airnya tidak dipengaruhi oleh air sungai tapi hanya berasal dari curahan hujan atau presipitasi saja. Ditinjau dari aspek perairan, hutan rawa gambut digolongkan sebagai salah satu jenis dari ekosistem lahan basah. Hal ini disebabkan karena permukaan tanah hutan rawa gambut kadang-kadang sepenuhnya tergenang air.
Rawa Gambut yang terletak di km 17 kecamatan gambut memiliki beberapa macam potensi yang dapat dimanfaatkan terutapa potensi tumbuhan ayng tinggal di daerah tersebut. Tumbuhan yang hidup di daerah ini adalah tumbuhan kelakai, teratai, karamunting, purun tikus, dan yang mendominasi adalah pohon galam. Jika diteliti lebih lanjut, kandungan dari tumbuhan-tumbuhan tersebut berpotensi untuk dijadikan sebagai tanaman obat. Berikut khasiat yang dimiliki beberapa tumbuhan yang hidup di daerah gambut ini :
  1. Teratai yang berkhasiat menurunkan panas, menyembuhkan sakit kepala dan mengobati diare.
  2. Alang-alang berkhasiat untuk panas dalam, sariawan, asam urat, sebagai pelembut kulit, peluruh seni, pembersih darah, dan penambah nafsu makan.
  3. Karamunting berkhasiat sebagai penetral racun, untuk mengobati beberapa macam penyakit seperti gangguan pencernaan (dispepsi).
  4. Kelakai berkhasiat untuk antioksidan atau anti penuaan.
  5. Purun Tikus Tumbuhan ini dapat dijadikan vegetasi indikator untuk tanah sulfat masam dan mengikat kadar logam.
Gambar 2 : Potensi tanaman di rawa gambut

Rawa Gambut di sini merupakan lahan basah yang selalu digenangi air. Tetapi air tersebut tidak dapat dikonsumsi karena air tersebut mengandung logam yaitu besi (Fe). Jadi jika terdapat penduduk di daerah kawasan tersebut, penduduk tidak menggunakan air tersebut untuk dikonsumsi sehingga penduduk menggunakan air bersih berasal dari air tanah. Jadi apabila ada asumsi masyarakat luar di sekitar kawasan tersebut akan menderita penyakit diare karena mengkonsumsi air langsung dari air lahan gambutnya itu adalah salah, karena masyarakat daerah tersebut tidak mengkonsumsi air tersebut. Tanah di rawa gambut ini memiliki pH asam yang kelembapannya cukup tinggi. Apalagi tanah yang terletak di bibir rawa, tanahnya sangat asam dan berwarna hitam.
Rawa gambut di daerah ini mengalami reklamasi yaitu proses alih fungsi lahan basah. Sehingga terdapat kerukan-kerukan tanah serta rawa yang ditibun oleh tanah. Proses reklamasinya diawali dengan pembukaan lahan yaitu dengan cara pembakaran yang mengakibatkan musnahnya tumbuhan yang hidup di daerah itu. Cara lainnya yaitu dengan cara penimbunan yang mengakibatkan daerah rawa berkurang dan ekosistem di dalamnya terganggu. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak hanya menyebabkan rusaknya kondisi biofisik lahan dan hutan gambut (seperti subsident/ amblesan, terbakar, kering, dan berkurangnya luasan lahan gambut), tapi juga menyebabkan hilangnya fungsi lahan gambut sebagai penyimpan (sink) dan penyerap (sequester) karbon, sebagai daerah resapan air (recharge water conservation) yang mampu mencegah banjir pada wilayah sekitarnya pada musim hujan dan mencegah intrusi air asin pada musim kemarau. Proses reklamasi juga berdampak pada bermigrasinya nyamuk-nyamuk penyebar penyakit seperti malaria dan demam berdarah ke pemukiman-pemukiman penduduk di sekitar lahan gambut tersebut. Migrasi nyamuk-nyamuk tersebut disebabkan karena hilangnya habitat dan tempat nyamuk tersebut untuk mencari makanan. Akibat dari hilangnya habitat hidup mereka, maka nyamuk-nyamuk tersebut mencari kawasan baru sebagai tempat hidup dan tempat mencari makan.



Pantai pagatan besar, Kabupaten Tanah laut


Pantai pagatan besar terletak di daerah pesisir kabupaten Tanah laut, memerlukan waktu 2 jam menuju ke sana dari Banjarbaru. Daerah Pesisir Pantai Pagatan Besar merupakan batas bertemunya daratan dan lautan. Air laut di pantai ini sangat kotor karena mengandung lumpur dan sampah, baik itu sampah organik dan anorganik. Air yang kotor ini adalah air kiriman dari muara Barito yang terletak di daerah hulu yang membawa banyak sampah, kotoran bahkan limbah dari sungai. Di sepanjang pantai banyak ditemukan gumpalan lumpur yang terbawa oleh air laut yang selanjutnya mengendap dan menggumpal sehingga berbentuk seperti batu.

Di pesisir pantai didominasi oleh tanaman mangrove (bakau) yaitu jenis api-api (Avicennia marina) dan beberapa tanaman lain yang sebenarnya sangat berpotensi untuk dijadikan tanaman obat. Selain tanaman yang mendominasi daerah tersebut ada beberapa hewan yang juga berpotensi untuk dijadikan sebagai obat-obatan, antara lain adalah timpakul sebagai obat asma, ubur-ubur sebagai obat panas dalam. Tanaman obat yang dapat dimanfaatkan di daerah pantai Pagatan Besar ini antara lain :

  1. Lambai-lambai, daunnya dapat digunakan sebagai obat penurun demam.
  2. Temulawak, sebagai obat penyakit hati karena membantu fungsi dari empedu, obat mencret karena mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Vibrio cholera dan anti kapang karena kandungan minyak atsiri didalamnya serta sebagai pereda kejang perut.
  3. Mengkudu, dapat menurunkan kadar kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) dan trigliserida, serta meningkatkan kadar kolesterol High Density Lipoprotein (HDL), selain itu dapat diguakansebagai obat cacing Ascaridia galli.
  4. Jambu Biji, sebagai obat diare karena kandungan zat penyamak, minyak atsiri dan egenol serta untuk relaksasi tonus otot polos.
  5. Lempuyang pahit, memiliki kandungan minyak atsiri dengan komponen utama seskuiterpenketon dan fungsinya sebagai pereda kejang perut.
  6. Api-api (Avicennia marina), Fungsi pengobatan dari tumbuhan ini yaitu untuk mengatur kelahiran dan mencegah kehamilan atau dapat dikatakan sebagai kontrasepsi alami.

Namun mangrove yang ada di kawasan pesisir tersebut mengalami kerusakan yang bias dibilang pada kategori yang parah. Karena banyak yang mati, bahkan sengaja ditebang untuk dimanfaatkan sebagai kayu bakar atau alat bangunan. Sungguh sangat disayangkan sekali kawasan tersebut tidak dilestarikan, karena di daerah tersebut sebenarnya juga berpotensi menghasilkan tanaman obat-obatan. Selain itu tanaman bakau juga dapat berfungsi untuk mengurangi abrasi pantai. Akibat kerusakan ini maka proses abrasi semakin parah dan mengakibatkan wilayah pesisir terkikis. Abrasi pantai juga mengakibatkan wilayah pemukiman warga yang berada di bibir pantai menjadi tergusur sehingga mencari daerah pemukiman baru.

Gambar 4 : Mangrove yang rusak


Akibat dari abrasi ini adalah proses intrusi, yaitu masuknya air laut ke daratan. Karena air laut mempunyai kadar salinitas yang tinggi sehingga menyebabkan air di daratan yang tadinya tawar menjadi payau atau kadar salinitasnya meningkat. Padahal air tanah yang berada di pesisir ini dikonsumsi oleh warga, namun karena kadar salinitas yang meningkat bahkan melampaui batas sehingga air ini tidak layak untuk dikonsumsi. Ada beberapa warga yang masih mengkonsumsi air ini dan mereka mengalami beberapa penyakit seperti diare dan batu ginjal. Oleh karena itu banyak warga yang memilih untuk membeli air bersih di kampung sebelah, sedangkan air yang ada di sumur mereka digunakan untuk mandi dan keperluan rumah tangga. Warga lain yang tidak mampu untuk membeli lebih memilih untuk tetap mengkonsumsi air tersebut.

Gambar 5 : sumur warga yang berair payau


Untuk mengatasi masalah abrasi pantai, warga sekitar dan pemerintah sudah melakukan rehabilitasi tanaman mangrove, dengan menanamnya di daerah yang agak menjorok dari pesisir pantai sehingga tidak terkena ombak, dan setelah agak kuat baru dipindahkan ke pesisir pantai. Usaha ini sudah cukup membantu untuk mengurangi kerusakan alam, namun semua itu harus kembali kepada manusianya sendiri untuk melestarikan alamnya. Selain itu sebaiknya kegiatan di daerah hulu dikurangi agar tidak terlalu membawa banyak kotoran ke daerah pesisir.

Gambar 6 : Rehabilitasi mangrove


Damit sebagai daerah tangkapan air , Kabupaten Tanah Laut


Saat ini bendungan di damit sedang mengalami perbaikan, hal ini dilakukan setelah beberapa waktu yang lalu air yang ada di dalamnya meluap hingga merusak dinding penahan bendungan. Selain itu, meluapnya air Damit ini juga menyebabkan sawah-sawah dan lahan pertanian yang ada di sekitar Damit tersebut terendam dan mengakibatkan gagal panen. Dari kondisi yang ada tersebut, terlihat bahwa kawasan Damit kurang terawat. Kawasan Damit ini juga memiliki dampak positif dan negatif lainnya bergantung pada jumlah air yang ada di Damit tersebut. Bila jumlah air yang ada di Damit meningkat dapat memberikan dampak positif seperti untuk pengairan lahan pertanian, sedangkan dampak negatifnya karena kondisinya yang kurang terawat maka sewaktu-waktu bisa mengancam keselamatan warga akibat jebolnya bendungan tersebut. Bila jumlah air yang ada di Damit berkurang dapat memberikan dampak positif, yaitu masyarakat di sekitar Damit tidak perlu takut dengan bahaya akibat jebolnya tanggul tersebut, sedangkan dampak negatifnya lahan pertanian yang mengandalkan pengairan dari Damit tersebut akan mengalami kekeringan yang juga berakibat pada gagal panen.

Gambar 7 : Bendungan damit yang diperbaiki


Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan air yang ada di Damit terlihat masih jernih. Berdasarkan wawancara dengan masyarakat yang ada di daerah tersebut, air yang ada di Damit hanya digunakan untuk sebagai sumber air bagi lahan pertanian dan bila dikonsumsi hanya digunakan untuk mandi, dan mencuci, sedangkan untuk air minum masyarakat biasanya menggunakan air dari sumur atau dari gunung yang dikelola warga dengan bantuan dari Pemerintah. Menurut beliau daerah yang dekat dengan Damit hanya digunakan sebagai lahan pertanian sedangkan pemukiman warga terletak agak jauh dari lokasi observasi yang dilakukan.

Lahan pertanian yang ada di daerah tersebut selain ditanami dengan padi juga ditanami dengan sayur-sayuran seperti tomat, buncis, dan terong. Hasil pertanian ini biasanya sebagian untuk dijual dan sebagian lagi untuk dikonsumsi sendiri. Hama yang sering menyerang lahan pertanian di daerah tersebut seperti ulat dan tikus. Bila tidak terserang hama lahan pertanian ini biasanya dipanen tiga bulan sekali.

Gambar 8 : Lahan pertanian di daerah damit


Menurut warga yang ada di daerah tersebut air yang ada di Damit kurang baik untuk dikonsumsi sebagai air minum maupun untuk mandi dan mencuci. Sebagian besar masyarakat yang mengkonsumsi air tersebut mempunyai keluhan penyakit kulit, yang ditandai dengan adanya bintik-bintik kecil yang berisi air seperti terserang penyakit cacar air. Penyakit ini sering menyerang anak-anak di daerah tersebut. Untuk mengobati penyakit tersebut biasanya masyarakat di sana hanya mengandalkan pengobatan modern yang ada di Puskesmas. Mereka tidak mengetahui cara pengobatan tradisional untuk mengobati penyakit tersebut, padahal di daerah sekitar mereka banyak terdapat tanaman-tanman obat yang potensial dan bisa mengatasi masalah mereka. Tanaman di daerah yang berpotensi sebagai obat, diantaranya jagung untuk cacar air, tomat, kumis kucing, kelakai, alang-alang, bandotan, putri malu dan ketepeng. Masalah ini disebabkan kurangnya pengetahuan mereka tentang pentingnya penggunaan air bersih serta tentang pemanfaatan tanaman obat secara optimal. Hal ini juga disebabkan karena kurangnya sosialisasi dari pemerintah tentang pentingnya kedua masalah tersebut.



SELESAI

SEMOGA BERMANFAAT